LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
PLEBOTOMY
NIM : PO.530333313 780
TINGKAT : II REGULER A
SEMESTER : IV (empat)
KELOMPOK : I (satu)
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Phlebotomi adalah proses pengambilan darah dengan teknik yang benar sehingga komponen analitnya bisa dipertahankan. Tujuan phlebotomi ini untuk mendapatkan sampel darah dengan meminimalisir kesalahan sehingga tidak mengganggu hasil pemeriksaan laboratorium.
Phlebotomis adalah istilah tenaga kesehatan yang terlatih serta tersertifikasi untuk melakukan pengambilan sampel darah baik itu dari vena, arteri, maupun kapiler. Tugas utama seorang phlebotomis adalah untuk mendapatkan spesimen darah untuk tes diagnostik, baik dengan penusukan vena, penusukan kulit, atau penusukan arteri. Tiap langkah dalam proses phlebotomi berpengaruh pada kualitas spesimen dan sangat berperan dalam mencegah terjadinya kesalahan hasil laboratorium, kecelakaan pada pasien dan bahkan kematian. Contohnya, sentuhan jari saat memastikan letak vena sebelum menusukkan jarum akan meningkatkan kemungkinan spesimen untuk terkontaminasi. Ini dapat menyebabkan kesalahan pada hasil kultur darah, yang kemudian akan memperpanjang perawatan di rumah sakit, memperlambat diagnosa dan menyebabkan penggunaan antibiotik yang tidak diperlukan. Perlakuan dan guncangan pada pengiriman tabung sampel darah dapat menyebabkan lisis atau bahkan tabung terbuka dan merusak sel darah merah, menyebabkan hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak valid. Kesalahan administrasi dalam melengkapi formulir dan mengidentifikasi pasien sangat merugikan dan seharusnya dapat dicegah. Efek lain yang merugikan bagi pasien antara lain ; memar pada lokasi penusukan, pingsan, kerusakan jaringan atau urat syaraf, dan hematoma. Uraian petunjuk ini sederhana tetapi memuat beberapa langkah penting dalam pengambilan darah yang aman untuk pasien.
Pengambilan darah yang baik, harus disertai dengan adanya informed consent. Informed concent adalah persetujuan pasien atau keluarganya secara sadar untuk mengijinkan, diperiksa, dilakukan tindakan medis atau diobati oleh tenaga kesehatan. Dalam hal ini pasien dapat mengetahui tindakan apa saja yang akan dilakukan terhadap dirinya. Melakukan suatu tindakan medis tanpa disertai inform consent dapat dikategorikan sebagai ancaman kesehatan. Phlebotomi merupakan suatu prosedur yang rutin dilakukan tetapi tetap mengandung unsur yang dapat membawa kita ke dalam gugatan hukum. Tidak ada satupun tenaga medis pada umumnya dan phlebotomis pada khususnya yang ingin bermasalah terhadap hukum.
Selain sejarah, kita perlu mengetahui prosedur sampling yang baik dan benar, instrumen yang digunakan pada proses phlebotomy, komplikasi yang terjadi jika terdapat kesalahan hingga komunikasi phlebotomy. Oleh karena itu, laporan ini dibuat untuk membahas secara lengkap tentang proses Phlebotomy.
B. TUJUAN
Adapun manfaatlaporan akhir ini adalah ;
1. Tujuan Umun ;
a) Untuk mengetahui teknik pengambilan darah vena dengan menggunakan metode vacumtainer.
b) Untuk mengetahui teknik pengambilan darah vena dengan menggunakan metode wingneddle dan luer.
2. Tujuan Khusus ;
a) Untuk memenuhi syarat Ujian Akhir Semester mata kuliah Phlebotomy
b) Untuk mengetahui teknik pengambilan darah vena dengan menggunakan metode vacumtainer.
c) Untuk mengetahui teknik pengambilan darah vena dengan menggunakan metode wingneddle dan luer
C. MANFAAT
Adapun manfaat penulisan Laporan akhir ini adalah ;
1. Manfaat untuk Praktikan ;
a. Praktikan mampu mengetahui prosedur phlebotomy dengan baik dan benar.
b. Praktikan mampu melakukan prosedur phlebotomy dengan baik dan benar.
2. Manfaat untuk Institusi adalah Laporan akhir praktikum ini dapat menjadi pedoman praktikum untuk praktikan selanjutnya.
3. Manfaat untuk masyarakat adalah masyarakat lebih mengetahui istilah phlebotomi sendiri dalam dunia medis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN PHLEBOTOMI
Phlebotomi atau “phlebotomy” diambil dari bahasa Yunani, yaitu kata Phlebos yang berarti vena, dan tome yang berarti insisi/pemotongan. Sejarah terjadinya yang mendukung kemungkinan pengeluaran darah untuk alasan terapi mungkin dimulai di Mesir pada tahun 1400 sebelum masehi.
Praktek pengambilan darah tampak mulai logis ketika dasar dari semua perawatan medis didasarkan pada empat cairan tubuh, yaitu darah, dahak, empedu kuning, dan empedu hitam. Seni penumpahan darah (bloodletting) sedang berkembang baik sebelum masa Hipokrates pada abad ke-5 SM. Pada pertengahan zaman, baik ahli bedah maupun tukang cukur rambut memiliki spesialisasi pada praktek yang berhubungan dengan darah ini. Tukang potong rambut diiklankan dengan warna merah (mewakili darah) dan putih (untuk tourniquet) berbelang pada tiang. Tiang tersebut merepresentasikan stik yang digenggam. Pada tahun 1210, tukang potong rambut dan ahli bedah berkumpul dan mendirikan perkumpulan Tukang cukur – bedah dimana anggotanya dibagi menjadi Surgeons of the Long Robe dan Lay – Barbers dan Surgeons of the Short Robe.
Phlebotomi adalah proses pengambilan darah dengan teknik yang benar sehingga komponen analitnya bisa dipertahankan. Tujuan phlebotomi ini untuk mendapatkan sampel darah dengan meminimalisir kesalahan sehingga tidak mengganggu hasil pemeriksaan laboratorium.
Phlebotomis adalah istilah tenaga kesehatan yang terlatih serta tersertifikasi untuk melakukan pengambilan sampel darah baik itu dari vena, arteri, maupun kapiler. Tugas utama seorang phlebotomis adalah untuk mendapatkan spesimen darah untuk tes diagnostik, baik dengan penusukan vena, penusukan kulit, atau penusukan arteri. Tiap langkah dalam proses phlebotomi berpengaruh pada kualitas spesimen dan sangat berperan dalam mencegah terjadinya kesalahan hasil laboratorium, kecelakaan pada pasien dan bahkan kematian. Contohnya, sentuhan jari saat memastikan letak vena sebelum menusukkan jarum akan meningkatkan kemungkinan spesimen untuk terkontaminasi. Ini dapat menyebabkan kesalahan pada hasil kultur darah, yang kemudian akan memperpanjang perawatan di rumah sakit, memperlambat diagnosa dan menyebabkan penggunaan antibiotik yang tidak diperlukan. Perlakuan dan guncangan pada pengiriman tabung sampel darah dapat menyebabkan lisis atau bahkan tabung terbuka dan merusak sel darah merah, menyebabkan hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak valid. Kesalahan administrasi dalam melengkapi formulir dan mengidentifikasi pasien sangat merugikan dan seharusnya dapat dicegah. Efek lain yang merugikan bagi pasien antara lain ; memar pada lokasi penusukan, pingsan, kerusakan jaringan atau urat syaraf, dan hematoma.
B. PHLEBOTOMIS DAN PROFESIONALISME PHLEBOTOMYS
Phlebotomis adalah istilah tenaga kesehatan yang terlatih serta tersertifikasi untuk melakukan pengambilan sampel darah baik itu dari vena, arteri, maupun kapiler. Seorang phlebotomis yang profesional harus mempunyai kompetensi phlebotomi.
Kompetensi adalah kemampuan atau pengetahuan yang dibutuhkan seorang untuk melaksanakan suatu tugas atau Aktivitas tertentu secara berhasil. Sedangkan Profesional adalah seorang yang memiliki kompentensi tinggi dalam melaksanakan atau aktivitas tertentu.
Seperti diatas, Kompetensi berarti memiliki kemampuan atau pengetahuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu kegiatan secara sukses. Seorang yang kompeten (competent) adalah orang yang (karena memiliki pengetahuan) efesien dan mampu melaksanakan kegiatannya dengan berhasil. Sejalan dengan pemahaman ini, seorang flebotomis yang memiliki kompetensi (competency) adalah seorang tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan seputar flebotomi dan berkemampuan melaksanakan pengambilan darah secara efesien (berdaya–guna ) dan efektif (berhasil-guna). Kompetensi yang dituntut dan harus dimiliki seorang flebotomis bervariasi sesuai situasi dan kondisi institusi pelayanan kesehatan dan tempat kerjanya.
Tuntutan peran dan tanggung jawab ini yang mungkin menjadi landasan dikembangkannya proses pengambilan specimen darah menjadi sebuah profesi tersendiri. Phlebotomis harus menyiapkan diri dalam banyak hal :
1) Memahami pengetahuan anatomi dan fisiologi tubuh manusia.
2) Memahami situasi pasien.
3) Memahami teknik komunikasi.
4) Memahami peralatan dan prosedur pengambilan specimen darah.
5) Memahami penyiapan dan pengiriman bahan .
6) Memahami proses pengendalian mutu.
Kompetensi seorang phlebotomis meliputi :
1) Menerapkan pengetahuan ; berupa istilah medik, prinsip, prosedur, sumber kesalahan, dasar-dasar pengendalian infeksi, prosedur melaksanakan standar (standard Operational Procedure, SOP ), dan sifat biologic dasar.
2) Melakukan pemilihan yang sesuai urutan meliputi tindakan, peralatan yang digunakan, metode/prosedur, dan lokasi pengambilan darah.
3) Menyiapkan pasien dan peralatan.
4) Menilai keadaan pasien dan sample.
Kemungkinan sumber kesalahan, masalah teknis atau prosedur, metode dan tindakan yang sesuai, tindakan perbaikan. Kompetensi lainnya merupakan kompetensi tambahan guna untuk memudahkan phlebotomis melaksanakan pekerjaannya:
1) Melakukan komunikasi dengan pasien.
2) Melakukan aktivitas tata-usaha (Mengenai data-data).
3) Menjaga kebersihan tempat kerja (membantu penghambatan penyebaran penyakit).
BAB III
METODE KERJA
A. INSTRUMEN PHLEBOTOMI
Instrument yang dipergunakan untuk phlebotomy antara lain :
1. Tabung Vakum
WARNA TUTUP |
ISI TABUNG |
PENGGUNAAN |
Merah |
Tak ada |
Kimia, imunologi,serelogi dan bank darah |
Ungu |
EDTA (bentuk cair) |
Hematology untuk darah lengkap separti RBC,WBC,HT,LED,HB dan TROMBOSIT |
Hijau Muda |
Natrium Heparin |
Kimia darah |
Hijau Gelap |
Sodium heparin / lithium heparin |
Untuk kadar lithium & ammonia serta untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah. |
Biru Muda |
Natrium Citrate |
Tes koagulasi (PPT & APTT) |
Emas |
Gel pemisah & aktivator bekuan |
Serologi, immunology, endokrine, termasuk HIV serta kimia darah |
Kuning |
Acid citrate dekstrose ACD |
DNA studies/kultur darah, HLA tissue typing, paternity testing, kimia darah , serlogi dan imunologi |
Orange |
Trombin |
Untuk kimia darah khususnya untuk serum CITO |
Biru Gelap |
EDTA |
Untuk Test Trace Elemen (seng, tembaga, timah, merkuri) dan toksikologi |
Kuning Hitam |
Campuran kaldu mikroorganisme |
Pemeriksaan Mikrobiologi - aerob, anaerob, jamur |
Hitam |
Buffer sodium sitrat / Natrium sitrat |
pemeriksaan LED (ESR). |
Coklat Terang |
Sodium heparin |
untuk pemeriksaan : Serum lead determination |
Putih |
Kalium EDTA |
untuk pemeriksaan : Molecular/PCR and bDNA testing |
Abu-Abu |
Sodium klorida dan kalsium okaslat |
untuk pemeriksaan : Glucosa, |
Pink |
K2EDTA |
untuk pemeriksaan : Immunohematologi |
2. Tourniquet
Tourniquet digunakan untuk pengebat atau pembendung
pembuluh darah pada organ yang akan dilakukan penusukan plebotomy. Tujuan
pembendungan adalah untuk fiksasi, pengukuhan vena yang akan diambil. Dan juga
untuk menambah tekanan vena yang akan diambil, sehingga akan mempermudah proses
penyedotan darah kedalam spuit.
3. Kapas alcohol
Tujuan penggunaan kapas alkohol
adalah untuk menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu pengamatan letak vena
sekaligus mensterilkan area penusukan agar resiko infeksi bisa ditekan.
4. Wingneedle
Ujung spuit atau jarum yang
digunakan untuk pengambilan secara vakum.Needle ini bersifat non fixed atau
mobile sehingga mudah dilepas dari spuit serta container vacum.
5. Blood Container
Tabung tempat penampungan darah yang tidak bersifat vakum udara. Ini biasa digunakan untuk pemeriksaan manual.
6.
Plester
Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi, sehingga membantu proses penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat penusukan.
7.
Lancet
Merupakan jarum kecil disposable yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler dipermukaan kulit atau ujung jari pasien.
B. MACAM-MACAM ANTIKOAGULAN
1. Pengertian Antikoagulan
Antikoagulan ialah bahan yang dapat menghambat penggumpalan darah. Antikoagulan dapat digunakan baik secara in vivo artinya pada makhluk hidup, maupun secara in vitro artinya di dalam tabung reaksi atau secara umum disebut di luar tubuh. Penggunaan antikoagulan secara in vivo dimaksudkan untuk pengobatan, sedangkan secara in vitro antikoagulan digunakan untuk analisis komponen tertentu dalam darah. Ada bermacam-macam antikoagulan namun tidak semua macam antikoagulan dapat dipakai karena ada yang berpengaruh terhadap bentuk sel darah yang akan diperiksa.
Pada
kegiatan phlebotomy, antikoagulan yang digunakan sudah terdapat dalam tabung
vacutainer sendiri. Masing-masing vacutainer terdapat antikoagulan yang
berberda. (lihat gambar 1).
Gambar 1.
Macam macam antikoagulan dan penggunaan dalam vacutainer
Gambar 1.
Macam macam antikoagulan dan penggunaan dalam vacutainer
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar