Sabtu, 20 Juni 2015

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

 PLEBOTOMY

 

 

       NAMA                : SANDY OSCAR LEONARDO LILY

NIM                     : PO.530333313 780

TINGKAT          : II REGULER A

SEMESTER      : IV (empat)

KELOMPOK    : I (satu)

 

 

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES  KEMENKES   KUPANG

2015

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    LATAR BELAKANG

 

Phlebotomi adalah proses pengambilan darah dengan teknik yang benar sehingga komponen analitnya bisa dipertahankan. Tujuan phlebotomi ini untuk mendapatkan sampel darah dengan meminimalisir kesalahan sehingga tidak mengganggu hasil pemeriksaan laboratorium.

Phlebotomis adalah istilah tenaga kesehatan yang terlatih serta tersertifikasi untuk melakukan pengambilan sampel darah baik itu dari vena, arteri, maupun kapiler. Tugas utama seorang phlebotomis adalah untuk mendapatkan spesimen darah untuk tes diagnostik, baik dengan penusukan vena, penusukan kulit, atau penusukan arteri. Tiap langkah dalam proses phlebotomi berpengaruh pada kualitas spesimen dan sangat berperan dalam mencegah terjadinya kesalahan hasil laboratorium, kecelakaan pada pasien dan bahkan kematian. Contohnya, sentuhan jari saat memastikan letak vena sebelum menusukkan jarum akan meningkatkan kemungkinan spesimen untuk terkontaminasi. Ini dapat menyebabkan kesalahan pada hasil kultur darah, yang kemudian akan memperpanjang perawatan di rumah sakit, memperlambat diagnosa dan menyebabkan penggunaan antibiotik yang tidak diperlukan. Perlakuan dan guncangan pada pengiriman tabung sampel darah dapat menyebabkan lisis atau bahkan tabung terbuka dan merusak sel darah merah, menyebabkan hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak valid. Kesalahan administrasi dalam melengkapi formulir dan mengidentifikasi pasien sangat merugikan dan seharusnya dapat dicegah. Efek lain yang merugikan bagi pasien antara lain ; memar pada lokasi penusukan, pingsan, kerusakan jaringan atau urat syaraf, dan hematoma. Uraian petunjuk ini sederhana tetapi memuat beberapa langkah penting dalam pengambilan darah yang aman untuk pasien.

Pengambilan darah yang baik, harus disertai dengan adanya informed consent. Informed concent adalah persetujuan pasien atau keluarganya secara sadar untuk mengijinkan, diperiksa, dilakukan tindakan medis atau diobati oleh tenaga kesehatan. Dalam hal ini pasien dapat mengetahui tindakan apa saja yang akan dilakukan terhadap dirinya. Melakukan suatu tindakan medis tanpa disertai inform consent dapat dikategorikan sebagai ancaman kesehatan. Phlebotomi merupakan suatu prosedur yang rutin dilakukan tetapi tetap mengandung unsur yang dapat membawa kita ke dalam gugatan hukum. Tidak ada satupun tenaga medis pada umumnya dan phlebotomis pada khususnya yang ingin bermasalah terhadap hukum.

Selain sejarah, kita perlu mengetahui prosedur sampling yang baik dan benar, instrumen yang digunakan pada proses phlebotomy, komplikasi yang terjadi jika terdapat kesalahan hingga komunikasi phlebotomy. Oleh karena itu, laporan ini dibuat untuk membahas secara lengkap tentang proses Phlebotomy.

B.     TUJUAN

Adapun manfaatlaporan akhir ini adalah ;

1.      Tujuan Umun ;

a)      Untuk mengetahui teknik pengambilan darah vena dengan menggunakan metode vacumtainer.

b)      Untuk mengetahui teknik pengambilan darah vena dengan menggunakan metode wingneddle dan luer.

2.      Tujuan Khusus ;

a)      Untuk memenuhi syarat Ujian Akhir Semester mata kuliah Phlebotomy

b)      Untuk mengetahui teknik pengambilan darah vena dengan menggunakan metode vacumtainer.

c)      Untuk mengetahui teknik pengambilan darah vena dengan menggunakan metode wingneddle dan luer

 

C.    MANFAAT

Adapun manfaat penulisan Laporan akhir ini adalah ;

1.      Manfaat untuk Praktikan ;

a.       Praktikan mampu mengetahui prosedur phlebotomy dengan baik dan benar.

b.      Praktikan mampu melakukan prosedur phlebotomy dengan baik dan benar.

2.      Manfaat untuk Institusi adalah Laporan akhir praktikum ini dapat menjadi pedoman praktikum untuk praktikan selanjutnya.

3.      Manfaat untuk masyarakat adalah masyarakat lebih mengetahui istilah phlebotomi sendiri dalam dunia medis.


 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

 

A.    PENGERTIAN PHLEBOTOMI

Phlebotomi atau “phlebotomy” diambil dari bahasa Yunani, yaitu kata Phlebos yang berarti vena, dan tome yang berarti insisi/pemotongan. Sejarah terjadinya yang mendukung kemungkinan pengeluaran darah untuk alasan terapi mungkin dimulai di Mesir pada tahun 1400 sebelum masehi.

Praktek pengambilan darah tampak mulai logis ketika dasar dari semua perawatan medis didasarkan pada empat cairan tubuh, yaitu darah, dahak, empedu kuning, dan empedu hitam. Seni penumpahan darah (bloodletting) sedang berkembang baik sebelum masa Hipokrates pada abad ke-5 SM. Pada pertengahan zaman, baik ahli bedah maupun tukang cukur rambut memiliki spesialisasi pada praktek yang berhubungan dengan darah ini. Tukang potong rambut diiklankan dengan warna merah (mewakili darah) dan putih (untuk tourniquet) berbelang pada tiang. Tiang tersebut merepresentasikan stik yang digenggam. Pada tahun 1210, tukang potong rambut dan ahli bedah berkumpul dan mendirikan perkumpulan Tukang cukur – bedah dimana anggotanya dibagi menjadi Surgeons of the Long Robe dan Lay – Barbers dan Surgeons of the Short Robe.

Phlebotomi adalah proses pengambilan darah dengan teknik yang benar sehingga komponen analitnya bisa dipertahankan. Tujuan phlebotomi ini untuk mendapatkan sampel darah dengan meminimalisir kesalahan sehingga tidak mengganggu hasil pemeriksaan laboratorium.

Phlebotomis adalah istilah tenaga kesehatan yang terlatih serta tersertifikasi untuk melakukan pengambilan sampel darah baik itu dari vena, arteri, maupun kapiler. Tugas utama seorang phlebotomis adalah untuk mendapatkan spesimen darah untuk tes diagnostik, baik dengan penusukan vena, penusukan kulit, atau penusukan arteri. Tiap langkah dalam proses phlebotomi berpengaruh pada kualitas spesimen dan sangat berperan dalam mencegah terjadinya kesalahan hasil laboratorium, kecelakaan pada pasien dan bahkan kematian. Contohnya, sentuhan jari saat memastikan letak vena sebelum menusukkan jarum akan meningkatkan kemungkinan spesimen untuk terkontaminasi. Ini dapat menyebabkan kesalahan pada hasil kultur darah, yang kemudian akan memperpanjang perawatan di rumah sakit, memperlambat diagnosa dan menyebabkan penggunaan antibiotik yang tidak diperlukan. Perlakuan dan guncangan pada pengiriman tabung sampel darah dapat menyebabkan lisis atau bahkan tabung terbuka dan merusak sel darah merah, menyebabkan hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak valid. Kesalahan administrasi dalam melengkapi formulir dan mengidentifikasi pasien sangat merugikan dan seharusnya dapat dicegah. Efek lain yang merugikan bagi pasien antara lain ; memar pada lokasi penusukan, pingsan, kerusakan jaringan atau urat syaraf, dan hematoma.

 

 

 

B.     PHLEBOTOMIS DAN PROFESIONALISME PHLEBOTOMYS

 

Phlebotomis adalah istilah tenaga kesehatan yang terlatih serta tersertifikasi untuk melakukan pengambilan sampel darah baik itu dari vena, arteri, maupun kapiler. Seorang phlebotomis yang profesional harus mempunyai kompetensi phlebotomi.

Kompetensi adalah kemampuan atau pengetahuan yang dibutuhkan seorang untuk melaksanakan suatu tugas atau Aktivitas tertentu secara berhasil. Sedangkan Profesional adalah seorang yang memiliki kompentensi tinggi dalam melaksanakan atau aktivitas tertentu.

Seperti diatas, Kompetensi berarti memiliki kemampuan atau pengetahuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu kegiatan secara sukses. Seorang yang kompeten (competent) adalah orang yang (karena memiliki pengetahuan) efesien dan mampu melaksanakan kegiatannya dengan berhasil. Sejalan dengan pemahaman ini, seorang flebotomis yang memiliki kompetensi (competency) adalah seorang tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan seputar flebotomi dan berkemampuan melaksanakan pengambilan darah secara efesien (berdaya–guna ) dan efektif (berhasil-guna). Kompetensi yang dituntut dan harus dimiliki seorang flebotomis bervariasi sesuai situasi dan kondisi institusi pelayanan kesehatan dan tempat kerjanya.

Tuntutan peran dan tanggung jawab ini yang mungkin menjadi landasan dikembangkannya proses pengambilan specimen darah menjadi sebuah profesi tersendiri. Phlebotomis harus menyiapkan diri dalam banyak hal :

1)      Memahami pengetahuan anatomi dan fisiologi tubuh manusia.

2)      Memahami situasi pasien.

3)      Memahami teknik komunikasi.

4)      Memahami peralatan dan prosedur pengambilan specimen darah.

5)      Memahami penyiapan dan pengiriman bahan .

6)      Memahami proses pengendalian mutu.

 

Kompetensi seorang phlebotomis meliputi :

1)      Menerapkan pengetahuan ; berupa istilah medik, prinsip, prosedur, sumber kesalahan, dasar-dasar pengendalian infeksi, prosedur melaksanakan standar (standard Operational Procedure, SOP ), dan sifat biologic dasar.

2)      Melakukan pemilihan yang sesuai urutan meliputi tindakan, peralatan yang digunakan, metode/prosedur, dan lokasi pengambilan darah.

3)      Menyiapkan pasien dan peralatan.

4)      Menilai keadaan pasien dan sample.

 

Kemungkinan sumber kesalahan, masalah teknis atau prosedur, metode dan tindakan yang sesuai, tindakan perbaikan. Kompetensi lainnya merupakan kompetensi tambahan guna untuk memudahkan phlebotomis melaksanakan pekerjaannya:

1)      Melakukan komunikasi dengan pasien.

2)      Melakukan aktivitas tata-usaha (Mengenai data-data).

3)      Menjaga kebersihan tempat kerja (membantu penghambatan penyebaran penyakit).

BAB III

METODE KERJA

 

 

A.    INSTRUMEN PHLEBOTOMI

Instrument  yang dipergunakan untuk phlebotomy antara  lain :

1.      Tabung Vakum

WARNA TUTUP

ISI TABUNG

PENGGUNAAN

Merah

Tak ada

Kimia, imunologi,serelogi dan bank darah

Ungu

EDTA (bentuk cair)

Hematology untuk darah lengkap separti RBC,WBC,HT,LED,HB dan TROMBOSIT

Hijau Muda

Natrium Heparin

Kimia darah

Hijau Gelap

Sodium heparin / lithium heparin

Untuk kadar lithium & ammonia serta untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.

Biru Muda

Natrium Citrate

Tes koagulasi (PPT & APTT)

Emas

Gel pemisah & aktivator bekuan

Serologi, immunology, endokrine, termasuk HIV serta kimia darah

Kuning

Acid citrate dekstrose ACD

DNA studies/kultur darah, HLA tissue typing, paternity testing, kimia darah , serlogi dan imunologi

Orange

Trombin

Untuk kimia darah khususnya untuk serum CITO

Biru Gelap

EDTA

Untuk Test Trace Elemen (seng, tembaga, timah, merkuri) dan toksikologi

Kuning Hitam

Campuran kaldu mikroorganisme

Pemeriksaan Mikrobiologi - aerob, anaerob, jamur

Hitam

Buffer sodium sitrat / Natrium sitrat

pemeriksaan LED (ESR).

Coklat Terang

Sodium heparin

untuk pemeriksaan : Serum lead determination

Putih

Kalium EDTA

untuk pemeriksaan : Molecular/PCR and bDNA testing

Abu-Abu

Sodium klorida dan kalsium okaslat

untuk pemeriksaan : Glucosa,

Pink

K2EDTA

untuk pemeriksaan : Immunohematologi

 

2.      Tourniquet

Tourniquet  digunakan untuk pengebat atau pembendung pembuluh darah pada organ yang akan dilakukan penusukan plebotomy. Tujuan pembendungan adalah untuk fiksasi, pengukuhan vena yang akan diambil. Dan juga untuk menambah tekanan vena yang akan diambil, sehingga akan mempermudah proses penyedotan darah kedalam spuit.

 

3.      Kapas alcohol

Tujuan penggunaan kapas alkohol adalah untuk menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area penusukan agar resiko infeksi bisa ditekan.

 

4.      Wingneedle

Ujung spuit atau jarum yang digunakan untuk pengambilan secara vakum.Needle ini bersifat non fixed atau mobile sehingga mudah dilepas dari spuit serta container vacum.

 

5.      Blood Container

Tabung tempat penampungan darah yang tidak bersifat vakum udara. Ini biasa digunakan untuk pemeriksaan manual.

6.      Plester

Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi, sehingga membantu proses penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat penusukan.

 

7.      Lancet

Merupakan jarum kecil disposable yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler dipermukaan kulit atau ujung jari pasien.

                                                                                                                                                  

B.     MACAM-MACAM ANTIKOAGULAN

1.      Pengertian Antikoagulan

Antikoagulan ialah bahan yang dapat menghambat penggumpalan darah. Antikoagulan dapat digunakan baik secara in vivo artinya pada makhluk hidup, maupun secara in vitro artinya di dalam tabung reaksi atau secara umum disebut di luar tubuh. Penggunaan antikoagulan secara in vivo dimaksudkan untuk pengobatan, sedangkan secara in vitro antikoagulan digunakan untuk analisis komponen tertentu dalam darah. Ada bermacam-macam antikoagulan namun tidak semua macam antikoagulan dapat dipakai karena ada yang berpengaruh terhadap bentuk sel darah yang akan diperiksa.

Pada kegiatan phlebotomy, antikoagulan yang digunakan sudah terdapat dalam tabung vacutainer sendiri. Masing-masing vacutainer terdapat antikoagulan yang berberda. (lihat gambar 1).

 

 



Gambar 1. Macam macam antikoagulan dan penggunaan dalam vacutainer

 
 


2.      Macam-macam Antikoagulan

Berikut adalah macam-macam antikoagulan yang sering digunakan dalam hematologi ataupun phlebotomi sendiri;

1)      EDTA ( ethylene diamine tetra acetate)

EDTA bersifat sebagai pencekal kation bivalen (chelating agent). yang dipakai disini adalah garam natrium atau kaliumnya. Garam-garam ini mengubah ion kalsium dalam darah menjadi bentuk bukan ion, dengan cara mengikat ion kalsium (Ca2+) sehingga ion kalsium tidak lagi bermuatan (Ca).

EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya eritrosit dan tidak juga terhadap bentuk leukosit. Selain itu EDTA mencegah trombosit menggumpal, karena itu EDTA sangat baik dipakai sebagai antikoagulan pada hitung jumlah trombosit dan berbagai macam pemeriksaan hematologi lainnya.

Tiap 1 mg EDTA menghindarkan membekunya 1 ml darah, Hindarkan pemakaian EDTA dalam jumlah berlebihan, bila EDTA lebih dari 2 mg per ml darah maka nilai hematokrit menjadi lebih rendah dari sebenarnya.

EDTA sering dipakai dalam bentuk larutan 10%. Tapi jika ingin menghindarkan pengenceran darah, maka zat kering pun bisa digunakan akan tetapi perlu sekali menggoncangkan wadah berisi darah dan EDTA tersebut selama 1 – 2 menit, karena EDTA kering lambat larut.

ü  EDTA kering   : 1 mg EDTA/1 ml darah

ü  EDTA cair       : 0.01ml EDTA/1 ml darah

 

2)      Heparin

Heparin berdaya seperti antitrombin, tidak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit dan leukosit. Tetapi dalam praktik sehari-hari heparin kurang banyak digunakan karena mahal harganya. Heparin banyak digunakan pada analisa kimia darah, enzim, kultur sel, OFT (osmotic fragility test). Konsentrasi dalam penggunaan adalah 0.1 – 0.2 mg/ml darah. Heparin tidak dianjurkan untuk pemeriksaan apusan darah karena menyebabkan latar belakang biru. Setelah dimasukkan dalam tabung, spesimen harus segera dihomogenisasi 6 kali dan disentrifuge 1300-2000 rpm selama 10 menit kemudian plasma siap dianalisa. Darah heparin harus dianalisa dalam waktu maksimal 2 jam setelah sampling.

Banyaknya Heparin yang Digunakan:

ü  Heparin Kering  : 0,1-0,2 mg/ml Darah

ü  Heparin Cair       : 15 IU +/- 2.5 IU/ml darah

 

3)      Natrium sitrat dalam larutan 3,8%

          Natrium sitrat 3,8% yaitu larutan isotonik dengan darah. Dapat dipakai untuk beberapa macam percobaan hemoragik dan untuk laju endap darah cara westergren.

 

 

Banyaknya Natrium Sitrat yang digunakan  ;

ü  Larutan Natrium Sitrat 3,2 % digunakan untuk pemeriksaan soal-soal proses pembekuan darah (Koagulasi) dan agregasi trombosit, Volume:

          1 volume antikoagulan : 9 volume darah

ü  Larutan Natrium Sitrat 3,8 % digunakan pemeriksaan Laju Endap Darah dan Eritrosit Sedimen Rate (ESR), Volumenya :

1        volume antikoagulan : 4 volume darah

 

4)      Campuran ammonium oxalat dan kalium oxalat

          Campuran ini menurut Paul dan Heller yang juga dikenal sebagai campuran oxalat seimbang. Dipakai dalam bentuk kering agar tidak mengencerkan darah yang diperiksa. Campuran kedua garam ini dalam perbandingan 3 : 2 tidak berpengaruh terhadap besarnya eritrosit namun berpengaruh terhadap morfologi leukosit. 0,2 ml atau 0,5 ml campuran ammonium oxalat dan kalium oxalat dikeringkan pada suhu yang kurang dari 70ºC dan kemudian dicampurkan dengan 2 sampai 5 ml darah untuk pemeriksaan hematologi.

Penggunaan Oxalat ;

ü Double oxalat kering : 2 mg Double oxalat / 1 ml darah

ü Double oxalat cair 2%: 0.1 ml Double oxalat/ 1 ml darah

Double oxalat digunakan dalam bentuk kering. Sebelum ditambahkan darah, double oxalat cair yang dimasukkan kedalam tabung penampung darah harus di keringkan terlebih dahulu pada suhu yang kurang 600C, menghindari perubahan menjadi Karbonat (Sifat antikoagulannya hilang).

 

                                   

C.    PHLEBOTOMY BLOOD KULTURE

Fungsi : untuk kultur bakteri yang berasal dari sampel darah.

a.       Alat :

1)        Tabung blood cultur

2)        Tabung vakum berwarna merah

3)        Tourniquet

4)        Kapas alkohol 70%

5)        Kapas kering

6)        Holder

7)        Cawan petri

8)        Mikroskop

9)        Obecjt glass

10)    Jarum 20-22 G

11)    Sarung tangan

12)    Masker

13)    Handuk hangat

b.      Bahan

1)      Darah

2)      Media TSB

3)      Media MCA dan BAP

4)      Reagen pewarnan gram

 

c.       Prosedur kerja

1)      Dipastikan pasien dalam keadan tenang  dan diperhatikan posisi pasien agar tidak mempengaruhi hasil .

2)      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam keadaan steril dan belum pernah digunakan.

3)      Dipasang jarum pada holdernya .

4)      Dilakukan pencarian darah vena dan dipilih yang tepat untuk pengambilan darah vena.vena yang tepat untuk pengambilan darah yaitu ;

a)      Vena mediana cubiti (terbaik)

b)      Vena cephalica

c)      Vena basilica

5)      Dipasangan tourniquet diatas vena yang akan diambil (5-10cm/4-5jari) jangan terlalu kencang dan pemasangan tidak boleh lebih dari 1 menit

6)      Dilakukan desinfektan pada daerah vena yang akan diambil dan ditunggu sampai alcohol kering.

7)      Ditusukan jarum pada vena yang akan diambil dengan sudut 15-300.

8)      Dimasukan tabung pada holder ,apabila darah sudah mengalir dalam tabung segera lepaskan tournigue 

9)      Jika tabung sudah terisi penuh dicabut tabungnya.

10)  Kemudian letakan kapas kering pada tempat pengambilan jangan ditekan ,lalu ditarik jarumnya pela-pelan dan suruh pasein untuk menekan kapas dalam beberap menit .

11)  Dicabut jarum dari holder dengan hati-hati,ke mudian ditutup kembali jarumnya,lalu dibuang pada tempat sampah khusus untuk jarum .

12)  Setelah darah telah berhenti keluar ditutup menggunakan plester agar tidak terjadi infeksi.

13)  Darah yang telah diambil dimasukan kedalam media TSB pada tabung blood cultur ,lalu dihomogenkan dan diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 370C.

14)  Setelah inkubasi dilakukan pewarnaan gram apabila ditemukan bakteri gram positif ditanam pada BAP dan negative ditanam pada media MCA.


                                                                                                                                      

D.    PHEBOTOMY NON KOAGULAN RED

Fungsi  : digunakan pemeriksaan seperti Kimia darah, Imunologi dan Serologi,Bank Darah (crossmatch).

Prosedur Kerja

1.      Persiapan pasien

a)      Beritahukan kepada pasien tentang hal-hal yang perlu dilakukan dan tidak perlu dilakukan oleh pasien sebelum dilakukan pengambilan darah.

b)      Persiapan secara umum, seperti : puasa selama 10-12 jam sebelum pengambilan darah (untuk pemeriksaan glukosa darah, cholesterol, trigliserid, ureum, dan kreatinin) tidak melakukan aktifitas fisik yang berat, tidak merokok, dan tidak minum alkohol.

c)      Meyakinkan pasien bahwa pengambilan tidak memerlukan waktu yang lama dan tidak menimbulkan rasa sakit.

 

2.      Pemilihan vena

          Pada umumnya vena yang baik adalah vena yang besar, letaknya superfisial, dan terfiksasi.

a)      Lokasi penusukan harus diperhatikan. Phlebotomis tidak boleh menusuk pada bagian yang terdapat luka, hematoma, infeksi, oedema.Untuk pengambilan darah, selain tidak dilakukan pengambilan pada tempat-tempat tersebut juga tidak boleh dilakukan pada daerah yang sedang dipasang infus.

b)      Pada waktu penusukan posisi kemiringan jarum yang dibentuk adalah 15º - 20º.

c)      Bila tusukan sudah dalam tetapi tidak mengenai vena maka jangan sekali-kali membelokkan jarum kearah vena karena dapat menimbulkan rasa sakit. Tindakan yang benar adalah jarum ditarik jangan sampai lepas kemudian ditusukkan ke arah vena.

 

3.      Pemasangan Tourniquet

a)      Pembendungan vena dengan tourniquet jangan terlalu lama karena dapat menyebabkan hemokonsentrasi setempat.

b)      Jangan melepas tourniquet sesudah jarum dilepaskan karena menyebabkan hematoma.

c)      Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol maka dapat menyebabkan darah hemolisis.

 

4.      Teknik Pengambilan Darah menggunakan Tabung Vakum

a)      Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali pembendung (turniket), plester, tabung vakum.

b)      Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.

c)      Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.

d)     Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.

e)      Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.

f)   Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.

g)      Minta pasien mengepalkan tangan.

h)      Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.

i)    Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal.Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.

j)    Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

k)      Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir.Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.

l)    Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.

m)    Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.

 

Hasil Praktikum ;

a.       Nama pasien      :  Selvi Rihi

b.      Hasil                   :  Darah dapat diambil

 

 

I.       VARIASI PHLEBOTOMY

Fungsi ; digunakan untuk mengambil darah lebih dari satu jenis tabung vacutainer /untuk

beberapa jenis pemeriksaan.

Prosedur Kerja

1.      Persiapan pasien

a)      Beritahukan kepada pasien tentang hal-hal yang perlu dilakukan dan tidak perlu dilakukan oleh pasien sebelum dilakukan pengambilan darah.

b)      Persiapan secara umum, seperti : puasa selama 10-12 jam sebelum pengambilan darah (untuk pemeriksaan glukosa darah, cholesterol, trigliserid, ureum, dan kreatinin) tidak melakukan aktifitas fisik yang berat, tidak merokok, dan tidak minum alkohol.

c)      Meyakinkan pasien bahwa pengambilan tidak memerlukan waktu yang lama dan tidak menimbulkan rasa sakit.

 

2.      Pemilihan vena

          Pada umumnya vena yang baik adalah vena yang besar, letaknya superfisial, dan terfiksasi.

a)      Lokasi penusukan harus diperhatikan. Phlebotomis tidak boleh menusuk pada bagian yang terdapat luka, hematoma, infeksi, oedema.Untuk pengambilan darah, selain tidak dilakukan pengambilan pada tempat-tempat tersebut juga tidak boleh dilakukan pada daerah yang sedang dipasang infus.

b)      Pada waktu penusukan posisi kemiringan jarum yang dibentuk adalah 15º - 20º.

c)      Bila tusukan sudah dalam tetapi tidak mengenai vena maka jangan sekali-kali membelokkan jarum kearah vena karena dapat menimbulkan rasa sakit. Tindakan yang benar adalah jarum ditarik jangan sampai lepas kemudian ditusukkan ke arah vena.

 

3.      Pemasangan Tourniquet

a)      Pembendungan vena dengan tourniquet jangan terlalu lama karena dapat menyebabkan hemokonsentrasi setempat.

b)      Jangan melepas tourniquet sesudah jarum dilepaskan karena menyebabkan hematoma.

c)      Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol maka dapat menyebabkan darah hemolisis.

 

4.      Teknik Pengambilan Darah menggunakan Tabung Vakum

a)      Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali pembendung (turniket), plester, tabung vakum.

b)      Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.

c)      Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.

d)     Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.

e)      Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.

f)   Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.

g)      Minta pasien mengepalkan tangan.

h)      Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.

i)    Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal.Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.

j)    Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

k)      Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir.Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.

l)    Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.

m)    Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.

 

Hasil Praktikum ;

d.      Nama pasien      :  Selvi Rihi

e.       Hasil                   :  Darah dapat diambil

 

J.  PHLEBOTOMY METODE WINGNEDDLE

1.      Persiapan Alat

a)    Wing needle dengan jarum 23 gauge.

b)  Luer adapter untuk beberapa sampel .

c)   Tabung kecil (pediatrik)

d)  Bila kevakuman tabung besar, vena akan kolaps.

e)   Volume tabung besar dengan jarum 23 gauge terjadi  hemolisis.

2.      Prosedur Metode Wing Needle

a)    Penggunaan tourniquet

b)   Keluarkan wing needle dari plastiknya.

c)    Selang dirapikan/diluruskan.

d)   Hubungkan wing needle dengan holder tabung.

e)    Pada pengambilan darah vena antecubital:

f)    Memilih bagian venipuncture

g)   Membersihkan area venipuncture

 

3.      Pada pengambilan darah tangan atau pergelangan tangan:

a)    Torniquet dipasang pada bagian proximal ke bagian tulang pergelangan tangan.

b)   Biarkan pasien menekuk telapak tangannya.

c)    Beri alas (handuk) pada tangan.

d)   Pilih vene dan bersihkan.

4.      Penusukan Jarum

Jarum menghadap ke atas

a)    Posisi jarum 10 – 15 derajat.

b)   Dorong tabung vakum.

c)    Lepaskan torniquet segera setelah darah mengalir.

5.      Pengisian Tabung ( Sama seperti metode tabung vakum).

6.      Pelepasan Tabung (Sama seperti metode tabung vakum).

Bila pengambilan darah sulit dan tabung belum penuh, sisa darah dalam selang dapat diambil segera.

                                                                                                                                           

K.    PHLEBOTOMY METODE LUER

1.      Persiapan Alat

a)       Gunakan dengan jarum spuit

b)       Luer adapter untuk beberapa sampel .

c)       Tabung kecil (pediatrik)

d)      Bila kevakuman tabung besar, vena akan kolaps.

e)       Volume tabung besar dengan jarum 23 gauge terjadi  hemolisis.

2.      Prosedur Metode luer

a)      Buka tutupan dari luer tersebut, lalu pasang dengan jarum dari spuit. Kencangkan.

b)      Setelah itu hubungkan luer yang sudah terpasang dengan jarum spuit pada holder.

c)      Setelah itu, pasang tournikuet pada lengan pasien. Tentukan vena yang akan di ambil.

d)     Bersihkan daerah vena tersebut secara aseptis dengan kapas alkohol.

e)      Lakukan penusukan pada vena dengan arah jarum ke atas, lalu masukan tabung pada jarum penghisap dan tunggu sampai darah terisi pada tabung.

f)       Setelah darah terisi sesuai volumenya, cabut tabung dan buka tourniquet.

g)      Lalu cabut jarum dan bersihkan darah dengan kapas kering. Berikan plester pada daerah tersebut.

3.      Pada pengambilan darah tangan atau pergelangan tangan:

a)    Torniquet dipasang pada bagian proximal ke bagian tulang pergelangan tangan.

b)   Biarkan pasien menekuk telapak tangannya.

c)    Beri alas (handuk) pada tangan.

d)   Pilih vene dan bersihkan.

4.      Penusukan Jarum

Jarum menghadap ke atas

a)      Posisi jarum 10 – 15 derajat.

b)   Dorong tabung vakum.

c)    Lepaskan torniquet segera setelah darah mengalir.

5.      Pengisian Tabung ( Sama seperti metode tabung vakum).

6.      Pelepasan Tabung (Sama seperti metode tabung vakum).

Bila pengambilan darah sulit dan tabung belum penuh, sisa darah dalam selang dapat diambil segera.

                                                                                                                                           

L.     KOMPLIKASI PHLEBOTOMY

Komplikasi yang berkenaan dengan tindakan phlebotomi meliputi :

1.      Syncope

Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadarannya beberapa saat sebagai akibat menurunnya tekanan darah.Gejalanya dapat berupa rasa pusing, keringat dingin, nadi cepat, pengelihatan kabur, bahkan bisa sampai muntah.

a.       Cara mengatasi :

a)      Hentikan pengambilan darah

b)      Baringkan pasien ditempat tidur, kepala dimiringkan kesalah satusisi

c)      Tungkai bawah ditinggikan ( lebih tinggi dari posisi kepala )

d)     Longgarkan baju yang sempit dan ikat pinggange.

e)      Minta pasien menarik nafas panjang

f)       Pasien yang tidak sempat dibaringkan ,diminta menundukan kepala diantara kedua kakinya dan menarik nafas panjang.

b.      Cara Pencegahan

Pasien diajak bicara supaya perhatiannya dapat dialihkan, Pasien dianjurkan berbaringpada waktu pengambilan darah, kursi pasien mempunyai sandaran dan tempat/ sandaran tangan

 

 

2.      Rasa Nyeri

Nyeri bisa timbul alibat alkosol yang belum keringatau akibat penarikan jarum yang terlalu kuat.

Cara pencegahan :

a)      Setelah disinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah mengering sebelum pengambilan darah dilakukan.

b)      Penarikan jarum tidak terlalu kuat

c)      Memberi Penjelasan/ Menggambarkan sifat nyeri yang sebenarnya sebelum melakukan proses sampling.

 

3.      Trombosis

          Trombosis terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali ditempatyang sama sehingga menimbulkan kerusaka dan peradangan setempat dan berakibat dengan penutupan ( occlusion ) pembuluh darah.

Cara Pencegahan dengan menghindari pengambilan berulang ditempat yang sama.

 

4.      Hematoma

          Hematoma dalah terkumpulnya massa darah dalam jaringan (dalam hal phlebotomi adalah jaringan dibawah kulit ) sebagai akibat robeknya pembuluh darah.

Faktor penyebab terletak pada teknik pengambilan darah :

a.   Jarum terlalu menungkik sehingga menembus dinding vena

b.  Penusukan jarum dangkal sehingga sebagian lubang jarum berada diluavena

c.   Setelah pengambilan darah, tempat penusukan kurang ditekan atau kurang lama ditekan.

d.  Pada waktu jarum ditarik keluar dari vena, tourniquet (tourniket) belum dikendurkan. Temapat penusukan jarum terlalu dekat dengan tempat turniket.

Cara pencegahan : Lepaskan turniket dan jarum, tekan tempat penusukan jarum dengan kain kasa, angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit), Kalau perlu kompres untukmengurangi rasa nyeri.

 

5.      Pendarahan

          Pendarahan yang berlebihan terjadi karena terganggunya system kouglasi darah Perdarahan terjadi karena pasien mengalami pengobatan dengan obat antikougulan, pasien menderita gangguan pembekuan darah ( trombositopenia, defisiensi factor pembeku darah (misalnya hemofilia ), Pasien mengidap penyakit hati yang berat ( pembentukan protrombin, fibrinogen terganggu ).

Cara pencegahan : Melepaskan turniket dan jarum, tekan tempat penusukan jarum dengan kain kasa, angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit), kompres untuk mengurangi rasa nyeri

 

6.      Allergi

          Alergi bisa terjadi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam flebotom, misalnya terhadap zat antiseptic/ desinfektan, latex yang adapada sarung tangan, turniket atau plester. Gejala alergi bisa ringan atau berat, berupa kemerahan, rhinitis, radang selaput mata, shock.

Cara pencegahan ; dengan memakai plester atau sarung-tangan yang tidak mengandung latex.

 

7.      Radang Tulang

        Penyakit ini sering terjadi pada bayi karena jarak kulit-tulang yang sempit dan pemakaian lanset yang berukuran panjang.

Cara pencegahan dengan menggunakan lanset yang ukurannya sesuai.

 

8.      Anemia

          Pengambilan darah berulang dapat menyebabkan anemia.Selain itu pengambilan darah kapiler pada bayi terutama yang bertulang dapatmenyebabkan selulitis, abses, osteomielitis, jaringan parut dan nodulklasifikasi. Nodul klasifikasi tersebut mula-mula tampak seperti lekukan

 

9.      Komplikasi neuologis

          Komplikasi neurologist bersifat local karena tertusuknyasyaraf dilokasi penusukan, dan menimbulkan keluhan nyeri atau kesemutan yang menjalar ke lengan, seperti yang sudah dijelaskansebelumnya.serangan kejang (seizures) dapat terjadi. Cara pencegahan dengan menghentikan pengambilan darah, baringkan pasien dengan kepala dimiringkan ke satu sisi, bebaskan jalan nafas, hindari agar lidah tidak tergigit.

 

10.  Kegagalan pengambilan darah

          Faktor yang dapat menyebabkan antara lain karena jarum kurang dalam. Jarum terlalu dalam/tembus, lubang jarum menempel didinding pembuluh darah, vena kolap atau tabung tidak vakum.Vena kolaps dapat terjadi bila menarik penghisap dengan cepat, menggunakan tabung yangterlalu besar atau jarum terlalu kecil.

 

11.  Hemokonsentrasi

          Hemokonsentrasi terjadi karena pembendungan / pemasangan turniket yang ketat dan lama ( > 1 menit), atau mengepal telapak tangandengan pemijatan atau massage. Hal ini akan menyebabkan peningkatankadar hematokrit dan elemen seluler lainnya, protein total, GTO, lipid total, kolestrol dan besi (Fe).

12.  Hemodilusi

          Terjadi karena pengambilan darah dilengan dimana terdapat pemberian cairan intra vena (infus ). Pengambilan darah di sisi influs harus di hindari sebisanya, jika tidak memungkinkan, hentikan infuse 3-5menit, ambil darah dibagian distal tempat infuse dan buang 3-5 cc darahyang pertama diambil.

                                                                                                                                                  

M.     KOMUNIKASI PHLEBOTOMY

 

Phlebotomis adalah professional yang berada pada lini terdepan dalam berinteraksi dengan pasien. Jangkauan pelayanannya tidak terbatas hanya pada pasien dirumah sakit tetapi juga pasien diluar rumah sakit. Keterampilan berkomunikasi menjadi bagian integral dari keterampilan profesi seorang flebotamis. Komunikasi adalah Pemindahan pesan ( transfer of messege ) dan si pembicara kepada si pendengar. Pesan akan diresponi atau dijawab oleh si pendengar. Dalam hal demikian, sudah terjadi interaksi komunikasi antara si pembicara (flebotois) dan si pendengar (pasien). Untuk setiap interaksi dikenal beberapa jenis komunikasi. Jika dalam hal mendapatkan atau Mengumpulkan specimen darah secara efektif dengan pasien flebotomis memerlukan keterampilan berkomunikasi.

Ada beberapa bentuk komunikasi yang bisa dipakai dalam berinteraksi dengan pasien, yaitu ;

1.      Komunikasi verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi antara dua pihak dengan menggunakan media audio dan visual, seperti sapaan ataupun percakapan antara phlebotomys dan pasien disertai gerakan tubuh.

2.      Komunikasi non-verbal

Komunikasi non-verbal adalah komunikasi dua pihak secara visual dengan anggota tubuh, seperti senyuman, tatapan mata, dsb.

Namun begitu, komponen-komponen tertentu dan bentuk komunikasi yang berbeda bisa mempengaruhi bisa–tidaknya pesan dan respon terkirim dan diterima dengan tepat dan benar. Masa interaksi dengan pasien perlu disediakan cukup banyak tetapi flebotomis harus mampu menggunakan keterampilan berinteraksinya untuk membangun hal-hal berikut :

1)      Kepercayaan pasien.

2)      Mencerminkan Propesionalisme flebotomis dengan sikap percaya diri.

3)      Tidak tampak mengancam (menakutkan) terutama dihadapan pasien anak.


BAB IV

PENUTUP

 

A.    SIMPULAN

Dari praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan ;

1.      Sampling darah vena secara baik dan benar sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan tidak menimbulkan keluhan pada pasien.

2.      Pembendungan yang terlalu lama akan mempengaruhi hasil pemeriksaan karena akan terjadi hemokonsentrasi.

3.      Vena yang dapat ditusuk yaitu

a)       pada orang dewasa adalah vena mediana cubiti,

b)      pada bayi vena juguralis superfialis atau sinus sagitalis superior.

4.      Penusukkan harus tepat pada vena agar tidak menimbul hematum.

5.      Sampling pada bayi harus menggunakan luer atau wingneddle agar memudahkan proses sampling.

 

B.     SARAN

Setelah melakukan praktikum phlebotomi ini dapat disarankan ;

1.      Sebaiknya seorang phlebotomist melakukan praktikum dengan benar tidak lupa menggunakan APD (alat pelindung diri).

2.      Phlebotomist bekerja sesuai dengan etika phlebotomy.

3.      Proses Phlebotomy perlu didampingi pembimbing agar tidak terjadi kesalahan.

4.      Bila terjadi komplikasi pada saat proses sampling, maka segera melakukan tindakan pencegahan yang sesuai dengan jenis komplikasi yang terjadi.

                                                                                                                                           

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Bakri,Samsyul,dkk.1989.Hematologi, Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan  Departemen Kesehatan RI.

Gandasoebrata, R.2007.Penuntun Laboratorium Klinik, Jakarta : Dian Rakyat.

Hoffbrand,A.V.2012.Kapita Selekta Hematologi edisi keempat.Jakarta : EGC.

Riswanto, Antikoagulan, 2009. http://labkesehatan.blogspot.com/2009/11/antikoagulan.html.

Sadikin Mohamad, 2001.Biokimia Darah, Jakarta : Widya Medika.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar